BERMIMPI PUNYA KADER MILITAN, INI YANG DILAKUKAN PESANTREN KAMPUS “AINUL YAQIN” UNISMA

Setelah mendoakan, mentirakati, dan mengupayakan para santri pesantren kampus “Ainul Yaqin” Unisma menjadi generasi ulama yang intlek dan intlek yang ulama atau dengan kata lain menjadi generasi yang mampu merealisasikan integrasi agama dan ilmu pengetahuan melalui jalur ta’dib, tadrib, dan tarbiyah di pesantren. Kini tibalah saatnya, pesantren bermimpi memiliki kader yang militan, kader yang memilik akhlaq yang tinggi, kemampuan berorganisasi yang mapan, dan networking yang luas.

Minggu, 25 Agustus 2019, MAPABA di tingkat pesantren pertama kali di lakukan di Unisma Malang melalui Pesantren Kampus Ainul Yaqin Unisma 2019. Kegiatan ini diikuti ± 500 calon sahabat dan sahabati yang juga merupakan santri baru putra dan putri PKAY Unisma 2019. Dalam kesempatan ini, penguatan materi ditekankan pada upaya aktualisasi nilai-nilai PMII sebagai upaya melahirkan kader yang revolusioner, agamis, dan nasionalis. Sub tema dari materi yang disampaikan terdiri dari ke-PMIIAN oleh Bapak Muhammad Yunus, S.Pd., M.Pd, Pengkaderan oleh Bpk. H. Noor Shodiq Askandar, SE.,MM (Ketua LP Ma’arif PW NU Jatim) Kepemimpinan oleh Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si (Rektor Unisma). Dalam materi pengkaderan, narasumber banyak menjelaskan tentang cara dan kunci keberhasilan Almagfurillah Prof. Dr. KH. Muhammad Tolhach Hasan dalam melakukan proses regenerasi khususnya dalam membangun Lembaga Pendidikan dan ummat yang beliau analogikan seperti sebuah piramid semakin besar dasar pramid yang kita bangun maka semakin bertahan lama Lembaga atau kejayaan sebuah instansi yang telah kita upayakan. Tidak hanya itu, dalam melakukan pengkaderan Almarhum KH. Tolhach Hasan mampu memetakan fasion dan talent dari individu yang akan beliau kader serta beliau selalu melakukan pendampingan yang maximal bagi individu yang bersangkutan.

Melalui kegiatan ini, para santri diharapkan tidak hanya memiliki kapasitas keilmuan yang kuat dan kemampuan memadukan zikir, fikir, dan amal soleh dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi dengan bergabungnya para santri ini sekaligus membukakan peluang bagi para santri untuk belajar berorganisasi pada level yang lebih luas dan kompleks. Hal ini juga diharapkan dapat menjadi embrio awal bagi para santri memiliki networking yang lebih jelas berada dibawah naungan Nahdlatul Ulama’ dan luas guna melakukan pengembangan diri dan pengabdian di Nahdlatul Ulama setalah meraka lulus sebagai sarjana dan lulus di pesantren.

Pada kesemptan lain, Drs. KH. Moh. Murtadho, M.Hi (direktur pesantren) menambhakan bahwa pelaksanaan MAPABA di pesantren sebagai bentuk penegasan bahwa PMII tidak hanya sekedar organisasi ekstra kampus melainkan Badan Otonom (Banom) NU sesuai dengan hasil putusan  pada Sidang Komisi Organisasi Muktamar ke-33 NU yang berlangsung di Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar Jombang. Beliau juga berharap dengan diputuskannya pesantren sebagai tempat pelaksanaan MAPABA akan mampu melahirkan kader-kader yang mampu meberikan penguatan bagi PMII pada bidang keagamaan, wacana, dan kajian serta senantiasa menjaga dan membagun koordinasi saling bahu membahu dengan organ-organ NU yang lain.