Penulis: M. Indra Riamizad Raicudu (Anggota Humas, TIK, dan Alumni PKAY UNISMA)
Ramadhan dengan segala keistimewaannya tidak pernah gagal menorehkan sejarah. Sebab Ramadhan mungkin tiap tahunnya ada namun, momen-momen spesial, muatan, serta ilmu yang ada di dalamnya berbeda-beda. Sebagaimana Selasa 22 Ramadhan 1445 H yang terjadi di Pesantren Kampus ‘Ainul Yaqin Universitas Islam Malang. Bagaimana bisa Selasa kemarin berbeda dengan momen tahun sebelumnya ataupun hari Selasa pada umumnya di PKAY UNISMA? Jika ditinjau dari beberapa perspektif warga PKAY tentu sangat dinanti-nantikan Selasa, 2 April 2024, khususnya bagi santri. Apabila telah datang acara besar di paruh ketiga dari bulan Ramadhan bagi Santri Unisma, disitulah aroma kampung halaman semakin dekat. Selain daripada itu, ada momen besar yang dihadiri oleh tamu undangan mulai dari rector, dosen, direktur, dewan asatidz, dan dewan masyayikh. Ada acara apa saja? Ada Nuzulul Qur’an, Penutupan Turats Ramadhan, dan Mushofaha.
Acara dilangsungkan pukul 15.00 di Aula Rusunawa 3 Ibnu Kholdun dengan iringan sholawat pembuka hingga para tamu undangan berangsur-angsur datang. Selanjutnya sambutan pembuka dari direktur pesantren yaitu KH. drh. M. Zainul Fadli, M.Kes. Beliau menyampaikan pesan untuk santri sekalian agar kepulangan santri ke kampung halamannya ini tetap membawa bekal-bekal untuk menyempurnakan Ramadhannya serta tetap menjaga adat yang ada di pesantren pada saat berjumpa orang tua. Kemudian Rektor Unisma Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si memberikan sambutan juga sebelum memasuki acara inti yang akan diisi oleh KH Imam Ma’ruf asal Kepanjen, Kabupaten Malang. Siapa yang tidak kenal dengan khas dari Prof Maskuri Rektor Unisma yang tiap dalam kesempatan penyampaian ceramahnya selalu ada inovasi dan kreasi baru demi kemajuan lembaga serta mewujudukan kiprah insan Unisma berkontribusi besar dalam peradaban dunia. Ada rasa bangga dari Prof Maskuri kepada santri, sebab tidak ada tekanan yang berupa kewajiban harus mengenyam pesantren namun, kuota dan gedung disediakan selalu terisi bukan. Bahkan kata beliau dengan heran, di Ainul Yaqin masih diadakan tes ulang, peminatnya tetap banyak.
Memasuki acara yaitu mauidloh hasanah oleh KH Imam Ma’ruf yang menjabat juga sebagai Syuriah di PCNU Kabupaten Malang. Kyai Imam Ma’ruf menyampaikan beberapa poin penting yang pertama turut andilnya beliau dalam mengampanyekan Unisma sebagai tempat pendidikan disarankan. Selanjutnya Kyai Imam Ma’ruf membedah salah satu nama Al-Qur’an, ya Al-Qur’an itu sendiri. Meskipun menurut para ulama banyak sekali. Akan tetapi, satu nama Al-Quran saja apabila dimaknai serta diimplementasikan butuh waktu sepanjang hayat. Beliau menukil dari Imam Suyuthi bahwa nama yang paling masyhur adalah Al-Qur’an. Dengan demikian, apabila menggunakan diksi Al-Qur’an berlaku konsekuensi yang menjadi kewajiban kita untuk menunaikan haknya Al-Qur’an yaitu dibaca. Dalam berbagai referensi yang disampaikan oleh beliau seperti, Tanbihul Ghofilin, At-Tibyan fii Aadabi Hamalatil Qur’aan, dan lain-lain berkesimpulan bahwa Al-Qur’an sebagai bacaan juga memiliki banyak manfaat di dunia maupun di akhirat baik yang membaca paham isi kandungannya ataupun tidak. Dibagian terakhir ditutup dengan doa yang dibacakan oleh KH. Dr. Isroqunnajah, MA Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Maliki, Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Malang, Pengasuh PPSS Nurul Huda Mergosono, dan dewan masyayikh PKAY Unisma.