Seminar Internasional Moderasi Beragama | Syaikh Dr. Muhammad Shadi Musthofa Arbash, MA

 

 Seminar Internasional Pesantren Kampus Ainul Yaqin Universitas Islam Malang

         Malang, 17 Juli 2022 telah berlangsung kegiatan seminar internasional dengan tema  “Moderasi Beragama dalam Perspektif Turats Islam dari Masa ke Masa” dengan narasumber Syaikh Dr. Muhammad Shadi Musthofa Arbash, MA selaku ketua lajnah tahqiq turats Islam markas darul Minhaj Suriah dan Dosen Jamiah Imam As Syafii Cianjur Jawa Barat. Kegiatan ini bertempat di aula lantai I mabna Ibnu Khaldun, diikuti oleh para santri dari berbagai instansi, diantaranya dari Universitas Islam Malang (UNISMA), Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, pondok pesantren Bustanul Qur’an Merjosari Malang serta PP. Ribathul Quran wal Qiraat Sukun Malang . Dalam kesempatan tersebut beliau menyampaikan beberapa hal yang penting yang diterjemahkan oleh Ustadz Thoriq Al Anshori, Lc, M.Pd,  beliau menyampaikan bahwa sikap moderat adalah asas atau tolak ukur utama dalam mengetahui baik atau buruknya perilaku beragama seseorang. Jika tidak maka seseorang bisa ekstrim ke kanan sehingga menjadi ekstrimis atau ekstrim ke kiri sehingga menjadi liberal. Sikap moderat adalah sikap tidak mungkin menodai sesuatu yang haq, dalam beragama dapat diwujudkan dengan  senantiasa bersikap proporsional dalam segala hal. Maka moderat dalam berfikir adalah satu keniscayaan bagi seseorang yang bermadzhab ahlus sunnah wal jamaah. Sikap ini sepatutnya ditumbuhkan dalam berbagai aspek yang meliputi Aqidah, Syariah dan Akhlak.

Tema Moderasi sering memang sering didengar dimana-mana, Allah menurunkan agama Islam ini penuh dengan aturan atau titah langit agar hamba Nya dapat tertuntut konsisten dan adil yaitu proposional dalam berfikir dan bersikap. Bahkan jika diamati dengan seksama para Ulama salaf membahas semua dalil aqli dan naqli dan tidak ada bertentangan satu sama lain karena yang menciptakan adalah dzat yang maha esa yaitu Allah swt. Jika pada umat tertentu ada yang sampai menyembah angin, patung, matahari, bulan, sapi, cacing dsb, itu adalah hal yang mustahil dan tidak masuk akal dan disini sudah jelas bahwa agama islam adalah agama yang masuk akal karena menggunakan konsep aqidah yang dapat diterima dengan akal sehat siapapun. Semua yang wujud di alam semesta ini pasti ada yang menciptakan, maka yang menciptakan harus mempunyai sifat super wujud dan konsep ini hanya ditemukan dalam Islam yaitu Allah swt yang maha segala galanya tiada awal dan akhir bagiNya. Ada oknum yang mengatakan bahwa baik dan buruk ukurannya adalah akal. Maka ada hal yang perlu diketahui, memang Nabi SAW pernah menyatakan hal ini namun akal yang dimaksud disini adalah akal yang lurus yang mana akal ini telah tertempa oleh disiplin syariat yang ketat. Sehingga melahirkan hal-hal positif yang banyak diapresiasi para salaf. Tentu yang dimaksud adalah akal para Ulama dan Fuqoha’.

Jika diamati dengan seksama turats ulama terdahulu khususnya yang membahas seputar Aqidah, mantiq dan seterusnya senantiasa dilengkapi dengan dalil aqli dan naqli, rasionalitas dan keselarasan dengan nash senantiasa dihadirkan oleh para Ulama terdahulu. Seput saja Sa’duddin At Taftazani. Al Ghazali, bahkan ulama nusantara Mahfudz at Tarmasi senantiasa menghadirkan dalil aqli dan naqli dalam berbagai kesempatan. Bahkan mendatangkan kejangggalan disertai dengan solusi mengatasi kejanggalan tersebut. Tak jarang semua kejangalan itu muncul dari orang-orang Islam yang cacat pemikiran atau bahkan dari para mulhidin (orang-orang yang memusuhi Islam). Dari dahulu hingga saat ini bahkan sejak abad ke 14 H aqidah ahlus sunnah wal jamaah wasathiyah sudah dikenal seantero dunia. Bahkan mayoritas aqidah yang tersebar adalah ahlussunnah Asy Ariyah Maturidiyah dan menganut akhlak ala al Ghozali dan Junaid Al Baghdadi. Maka ini perlu disyukuri dan terus dilestarikan.