Pesantren Kampus ‘Ainul Yaqin (PKAY) UNISMA Sambut Hangat Kunjungan Silaturahmi Sekaligus Studi Banding dari Pondok Pesantren Luhur Wahid Hasyim (PPLWH) Semarang

Di awal tahun masehi tepatnya Ahad, 28 Januari 2024, setelah melaksanakan imtihan awwal. Pesantren Kampus ‘Ainul Yaqin (PKAY) UNISMA menerima kunjungan dari pondok pesantren yang memiliki latar belakang, lingkup sosial, dan kultur yang sama yakni Pondok Pesantren Luhur Wahid Hasyim (PPLWH) Semarang. Adapun tujuan dari rihlahnya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dari PPLWH sendiri dengan tema “Silaturahmi dan Zarkasi (Ziarah dan Rekreasi)”.

Pihak PPLWH diwakili oleh saudara Rif’an menghubungi pihak PKAY UNISMA berkenaan tentang adanya niat baik berupa silaturahmi yang nanti didalamnya ada studi banding dari kedua pesantren guna untuk saling melengkapi kebutuhan, kekurangan, dan pembenahan yang ada di masing-masing pesantren. Pihak PKAY UNISMA sebagaimana arahan dari BPH pesantren, kegiatan yang dilakukan pada Ahad, 28 Januari nantinya diserahkan kepada divisi TIK, Humas, & Alumni. Berkenaan dengan konsepnya kedua pesantren tersebut baik tuan rumah dan tamu saling bersinergi untuk melakukan kolaborasi, seperti susunan acara adat ala PKAY dan PPLWH.

Kegiatan silaturahmi berbasis studi banding ini dilakukan di Aula Rusunawa 3 Ibnu Khaldun. Hal ini dikarenakan peserta yang mengikuti berjumlah besar sekitar 80 peserta, 50 peserta dari PPLWH serta selebihnya dari warga PKAY mulai santri, banom-banom kesantrian, dan jajaran dewan pengurusnnya. Rombongan PPLWH yang dipimpin oleh KH. Dr. Muh. Syafiuddin, MA, KH Amdjad, B.Sc, M.Pd Al-Hafidz disambut oleh Ust. H. Muhammad Afifullah Rifa’i, B.Sh, M.Ed, Ph,D Al-Hafidz dan Ust. Thoriq Al Anshori, Lc, M.Pd selaku pimpinan PKAY UNISMA.

Menuju pada pada acara inti yaitu pemaparan profil pesantren. Tuan rumah berkesampatan memaparkan profil pesantren yang dimulai dari sejarah berdirinya PKAY dengan nama pertama kali Pesantren Luhur Sunan Giri yang didirikan oleh pejuang kemerdekaan Kapten KH Oesman Mansoer beserta kiai-kiai lainnya hingga pada tahun 1997 berganti nama menjadi Pesantren Kampus ‘Ainul Yaqin. Pemaparan profil dipaparkan oleh Ust. Thoriq Al Anshori selaku sekretaris. Bergulir dari sejarah singkat PKAY beralih menuju inti dari studi banding yaitu penjelasan terkait sistem pendidikan, kurikulum, manajemen, hingga sumber daya materi maupun non materi sebagai penyokong jalannya program pesantren. Disambung pemaparan profil dari PPLWH yang disampaikan oleh Ust. Solihin selaku guru madrasah diniyah disana. Beliau juga memaoarkan sejarah hingga kurikulum yang berada di pesantren luhur. Kedua pesantren saling bertukar manfaat dari apa yang telah disampaikan demi terwujudnya peningkatan kualitas teriring pun kuantitasnya.

 

Kemudian peserta diberikan waktu bertanya kepada masing-masing pesantren. Ada sebuah pertanyaan menarik yang diutarakan dari pihak PPLWH terkait bagaimana upaya yang dilakukan pimpinan mengenai santri yang telah melakukan pelanggaran melebihi aturan yang telah ditetapkan?. Hal ini dijawab oleh Ust Afifullah Rifa’I, berkenaan dengan hal tersebut tentu ada banyak pertimbangan seperti berkomunikasi dua arah, bimbingan khusus, dan menilik tingkat pelanggaran yang dilakukan. Sehingga pesantren kiranya pimpinan dapat dengan bijak kapan harusnya tegas serta kapan seharusnya bijak. Sedangkan pertanyaan yang diutarakan kepada pihak PPLWH terkait manajemen rekrutmen sumber daya manusia dan kurikulum untuk pemetaan minat serta kemapuan santri.  Pertanyaan tersebut direspon oleh KH. Dr. Muh. Syafiuddin, MA, bahwasannya di PPLWH Semarang berbeda dengan PKAY UNISMA yang mana sumber daya manusia yang ada didalamnya diberikan kepada civitas akademika yang memiliki kemampuan lebih di bidang agama sebab ada di bawah naungan kampus. Maka di PPLWH Semarang meskipun berada di lingkungan kampus, ia lepas dari intervensi kampus. Sedangkan untuk kurikulum pemetaan santri di dalamnya bahwa santri memiliki kesempatan untuk belajar selama tiga tahun dengan tiga tingkatan ula, wustho, ‘ulya. Adapun pemetaan dilakukan sesuai dengan kemampuan santri, jika santri telah memiliki bekal lebih, maka ia dapat langsung berproses di kelas ‘ulya. 

 

Sesi tanya jawab dirasa cukup. Berlanjut kepada kedua perwakilan pesantren menyerahkan cindera mata khas yang telah disiapkan sebagai kenang-kenangan. Para dewan pengurus PKAY dan PPLWH melanjutkan sesi foto bersama sebagai upaya dalam mewujudkan sinergisitas antar keduanya. Hingga di tibalah di ujung acara doa yang dilantukan oleh Kiai Amdjad yang disertai ijazah kubro asmaul husna. Sangatlah kompleks apa yang dirajut pada waktu itu, dari sisi duniawi dan ukhrawi seimbang.

 

Penulis: Anggota Humas, TIK, & Alumni PKAY UNISMA: M. Indra Riamizad Raicudu